Hidup dalam tinjauan Islam
paling tidak meliputi pemahaman bahwa:
1.
Hidup ini kesemuanya adalah ujian dari Allah
SWT
Hidup adalah untuk menguji apakah seorang manusia bersyukur atau
kufur kepada Allah SWT.Allah berfirman dalam QS Al Mulk [67] : 2 yang
terjemahnya, ” (ALLAH) yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu,
siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan Dia Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun. ”
Ujian dalam hidup kita bukan saja kesulitan ataupun musibah,
namun juga berupa nikmat atau kemudahan dari Allah SWT, seperti keluarga,
suami, istri, anak-anak, harta, kekuasaan, pangkat, dsb.
Kita bisa meneladani Nabi Sulaiman as. yang diberikan nikmat
luar biasa oleh Allah SWT. Allah SWT memberikan kerajaan yang sangat kaya, luas
dan besar, yang pasukannya terdiri dari manusia, jin, hewan, dan angin. Semua
kenikmatan itu tidak menjadi Nabi Sulaiman as menjadi sombong kemudian
mengingkari Allah SWT, namun menjadikannya sering ber-muhasabah, melakukan
introspeksi diri, berhati-hati jangan sampai menjadi kufur kepada Allah SWT,
sehingga tidak berujung kepada murka Allah sebagaimana dalam QS. Ibrahim
[14]:7, “ dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika
kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. “
Allah akan menguji manusia melalui hal-hal sebagai berikut
sesuai dengan QS Al Baqarah [2]:155-156 sbb :
“ dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan, dan berikanlah
berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila
ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”.
“
Dalam kondisi tertimpa cobaan atau musibah, Allah berfirman
bahwa ada orang-orang yang layak diberikan kabar gembira dengan surga, yaitu
orang-orang yang bersabar; yang ketika tertimpa bencana itu mengatakan “Inna
lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”, yang artinya : Sesungguhnya kami adalah
milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali. Kalimat tersebut dinamakan kalimat
istirjaa atau pernyataan kembali kepada Allah. Disunatkan menyebut kalimat
tersebut ketika ditimpa marabahaya baik besar maupun kecil.
Rasulullah saw bersabda bahwa sungguh beruntung seorang mukmin,
karena semua urusan adalah baik baginya, ketika diuji maka dia bersabar ketika
ia diberi kenikmatan ia bersyukur.
Salah satu doa yang bisa selalu kita ucapkan adalah doa,
Allahummaj’alni shaburan waj’alni syakuran waj’alni fi ‘ainii shaghiran wa fi
a’yuninnasi kabira, yang artinya, Ya Allah, jadikan aku sabar dan bersyukur
kepada-Mu, dan jadikanlah aku kecil di mataku sendiri serta besar (bermanfaat)
di mata orang lain.
2. Kehidupan dunia ini lebih
rendah dibandingkan kehidupan akhirat.
Sebagaimana dalam QS Adh Dhuha [93]:4, “ dan sesungguhnya hari
kemudian (akhirat) itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan). ”
Atau dalam QS Ali ‘Imran [3]:14, “ dijadikan indah pada
(pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu:
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di
dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). “
3. Kehidupan dunia ini hanya
sementara
Boleh jadi saat ini kita dalam kondisi sehat wal ‘afiat, gagah,
cantik, kulit mulus, dll. Tapi ada saatnya ketika kita kemudian menjadi tua,
keriput, lemah, pikun, dan akhirnya dipanggil ke sisi Allah SWT.
Dalam QS Al Mu’min [40]:39, Allah berfirman, “ Hai kaumku,
sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan
sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal. “
Dalam QS Al Anbiyaa [21]:35, “ Tiap-tiap yang berjiwa akan
merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai
cobaan (yang sebenar-benarnya) dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan. “
4. Kehidupan ini adalah ladang amal untuk kesuksesan akhirat
Ali bin Abi Thalib ra.
Berkata bahwa sesungguhnya hari ini adalah hari untuk beramal bukan untuk hisab
(perhitungan) dan esok (akhirat) adalah hari perhitungan bukan untuk beramal.
Ketika seseorang meninggal dunia maka terputuslah semua amal perbuatannya dan
ia tinggal menunggu masa untuk mempertanggungjawabkan semua amal perbuatannya
di dunia. Bekal kita adalah ibadah kepada Allah SWT. Ibadah bukan sekedar
sholat atau zakat, tetapi segala aktivitas hidup kita akan bernilai ibadah jika
diniatkan karena Allah SWT.